PENGARUH PENERAPAN METODE PEER TEACHING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH BONDOWOSO 2007/2008.
Oleh: Suntusia, S.Pd
ABSTRACT
Keyword: Peer Teaching, KTSP, Gelombang Elektromagnetik.
Perkembangan dan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Sebab pendidikan merupakan pokok penting dalam pembangunan semakin tinggi mutu pendidikan suatu bangsa maka makin tinggi pula potensi bangsa itu untuk berkembang dangan maju dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.Seta perbedaan tingkat kemampuan masing-masing anak dalam satu kelas ( kelas heterogen). Berdasarkan permasalahan diatas diambil judul pembelajaran dengan menggunakan model Peer Teaching. Rumusan yang diambil adalah: (1) Bagaimanakah Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?(2) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat dan aktivitas siswa. Manfaat dari penelitian ini adalah: Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang menyenangkan;Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat optimal;Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan;hasil dari penelitian ini Pembelajaran fisika dengan menggunakan model Peer Teaching dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa pada siklus pertama 72,08% dan pada siklus kedua 82% dan siklus ketiga 85%. Pembelajaran dengan menggunakan model Peer Teaching diperoleh ketuntasan secara klasikal. Hal ini ditunjukkan dari 20 siswa yang tuntas belajar secra individu sebesar 85%
- Latar Belakang
Perkembangan dan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Sebab pendidikan merupakan pokok penting dalam pembangunan semakin tinggi mutu pendidikan suatu bangsa maka makin tinggi pula potensi bangsa itu untuk berkembang dangan maju dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
Di Indonesia sendiri masalah pendidikan belum menemukan solusi tentang bagaimana memperbaiki mutu pendidikan. Kualitas pendidikan di
Banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah supaya Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan memperbaiki kurikulum yang ada dengan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dideferensialkan dengan kurikulum (KTSP). Upaya lain yang dilakukan adalah menggalakkan program wajib belajar 9 tahun serta peningkatan kualitas dan profesionalisme seorang guru sebagai tenaga pendidik. Dengan adanya program sertifikasi yang bertujuan menilai sejauh mana profesionalisme seorang guru, maka guru harus banyak belajar dan mencari pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran yang sukses. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang sukses, seorang guru harus bisa meimilih dan memilah metode yang akan digunakan dalam PBM sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Kondisi ini bisa meliputi aspek intelektualitas, psikologis, dan biologis sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif.
Sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dengan melihat aspek psikologi dan perkembangan anak yang menyatakan bahwa sekolah menengah Pertama (SMP) adalah usia transisi dari anak-anak menuju remaja. Sehingga pada usia ini anak masih dekat dan senang dengan sesuatu yang menyenangkan atau segala yang bisa dilakukan dengan bermain. Dan berdasarkan fakta lapangan menyatakan mayoritas anak berpendapat bahwa Fisika adalah pelajaran yang sulit. Dan dengan melihat kebiasaan guru yang umumnya menggunakan metode yang sama dengan tujuan yang variasi dalam kegiatan pembelajarannya, maka pantaslah jika hal tersebut diatas itu ada.
Maka berdasarkan uraian diatas, diajukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008”.
B. Rumusan Masalah
Bersadarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang menyenangkan;
2. Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat optimal;
3. Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan;
4. Bagi peneliti lain, untuk menambah pengetahuan tentang penelitian terutama yang berkaitan dengan kasus – kasus yang sejenis;
5. Bagi peneliti, sebagai bekal, wawasan, pengalaman dan latihan sebelum terjun didunia pendidikan.
E. Batasan Operasional
Adapun batasan Operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya dengan tipe yang pertama pengajar dengan usia yang sebaya.
2. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing – masing satuan pendidikan.
3. Hasil belajar siswa
Hasil belajar matematika menggunakan model peer teaching merupakan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan dalam mempelajari matematika yang diwujudkan dalam bentuk nilai. Nilai akan dicapai siswa setelah siswa diberi kesempatan untuk melakukan sistem tutor sebaya tersebut.
F. Tinjauan Pustaka
- Pembelajaran Fisika
Fisika dalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. Hakekat IPA ( termasuk fisika) merupakan proses dan produk dari penelitian atau penyelidikan untuk mempelajari gejala alam termasuk komponen-komponen pada benda(zat), seta hubungan timbal balik antara zat dan gejala yang ditimbulkannya (Baez,1976;Alonso&Finn,1983 dalam sutarto,2005:330).
Fisika termasuk kumpulan hasil ( produk) dari proses pengkajian gejala alam (Sund&Trowbridge,1973;Carin&Sund,1975 dalam sutarto,2005:330). Produk fisika dapat berupa hokum, teori, prinsip, aturan, adan atau rumus-rumus ( Siregar, 1994). Hukum, teori, prinsip, aturan dan rumus-rumus dalam fisika terbangun oleh konsep-konsep yang saling berkaitan ( Sund&Trowbridge, 1973; Amien,1987 dalam Sutarto,2005:330).
Pengajaran fisika yang baik, bila siswa dapat menguasai fisika tentang: (1) prinsip yang konstan atau selalu tunduk dengan aturan kesepakatan, yang harus dikuasai secara kognitif ( wilayah kognitif); (2) sesuatu yang dapat diamati atau terukur yang penguasannya harus terlihat adanya keterlibatan fisik atau otot yang dikenal dengan kemampuan psikomotor ( wilayah psikomotor); dan (3) kebermanfaatan ilmu pengetahuan tersebut secara langsung atau tidak langsung dalam menunjang kebutuhan hidup atau dalam sistem sosial, penguasaan fisika yang berkaitan dengan kebermanfaatan ini dikenal dengan kemampuan afektif ( wilayah afektif) ( Abruscato, 1982 dalam Sutarto, 2005:331) Dengan demikianpembelajaran fisika dapat meningkatkan penguasaan siswa tentang fisika pada ranah afektif. Hasil survey ditempat kerja menunjukkan bahawa pendidikan siswa tentang: pengetahuan proses ilmniah, keterampilan individu, dan pengetahuan fisika konseptual adalah relatif penting ( Heuvelen, 2001 dalam Sutarto, 2005:331). Oleh karena itu ukuran keberhasilanisws adalam belajar fisika, tidak hanya ditentukan oleh penguasaan fisika secara kognitif, afektif dan psikomotor tetapi juga perlu adanya penguasaan pengetahuan tentang proses ilmiah, keterampilan individu, pengetahun fisika secara konseptual ( Sutarto,2005:331)
Untuk memilih metode mengajar yang tepat, seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Dengan memperhatikan faktor-faktor penentu tersebut diharapkan pembelajaran akan lebih efektif. Faktor-faktor penetu tersebut adalah memiliki:
1. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan;
2. Karakteristik mata pelajaran/ bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran , urutan, dan cara mempelajarinya;
3. Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin dan yang lainnya;
4. Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam perpertemuan dan yang lainnya;
5. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran , kebiasaanya, pengalaman kependidikannya, dan yang lainya. (Dimyati,dkk 1999:132)
- Aktivitas Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik akan terlibat dalam aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas proses belajarnya. Aktivitas ini bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat saja seperti kebanyakan pembelajaran yang ada. Padahal pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kebosanan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaranpun tidak efektif.
Menurut Paul B. Dierich ( Dalam Nasution, 2000:91), mengtakan ada 177 kegiatan siswa yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Visual activities seperti: membaca, menulis, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya;
b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, betanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan intervieu, diskusi, interupsi, dan sebagainya;
c. Listening activities seperti :mendengarkan uraian ,percakapan,diskusi, musik,pidato,dan sebagainya;
d. writing activities seperti: menulis cerita, karangan,laporan, tes, angket,menalin dan sebagainya;
e. Drawing activities seperti: menggambar,membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya;
f. More activities seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya;
g. Mental activities seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya;
h. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Merujuk dari uraian di atas maka, dalam pembelajaran dengan tutor sebaya ini akan muncul aktivitas – aktivitas yang mencerminkan aktivitas dengan metode tutor sebaya. Antara lain :
a. visual activities meliputi : memperhatikan penjelasan guru mengenai gambaran awal materi sebagai bekal dalam melakukan interupsi,peer teaching dan melakukan penjelasan mengenai hasil kerja kelompok dari peer teaching yang telah dilakukan, membaca perintah kerja dalam LKS dan interupsi guru;
b. Oral activities seperti: bertanya pada guru mengenai materi petunjuk ataupun kesulitan di dalam menyelesaikan soal;
c. Listening activities seperti: mendengarkan penjelasan guru mengenai gambaran awal materi sebai bekal dalam melaksanakan peer teaching;
d. Writing activities seperti: menulis hasil kerja, menulis penyelesaian dari tiap tes yang diberikan;
e. Motor activities , untuk aktivitas ini sudah dilaksanakan dengan adanya tutor sebaya jadi tidak ada siswa yang berdiam diri;
f. Mental activities seperti: menanggapi pernyataan yang muncul dalam diskusi kelompok atau kelompok lain menyelesaikan masalah yang di kemas dalam peer teaching;
g. Emotional activities, ini muncul karena adanya peer teaching sehingga memunculkan adanya persaingan yang mampu membuat siswa merasa gembira tegang gugup dan sebagainya;
- Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran, langkah akhir yang harus dilakukan adalah evaluasi kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk melihat berhasil atau tidaknya pembelajaran tersebut. Objek dari evaluasi ini adalah hasil belajar siswa. Dengan mengacu pada definisi belajar yang berbunyi “ belajar adalah proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang”, maka setelah pelaksanaan kegiatan pelajaran dituntut adanya pada diri peserta didik baik berupa perubahan sifat ataupun perubahan pengetahuan.
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
a) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya;
b) Kulitas dan kuantitas penugasan tujuan pembelajaran oleh siswa;
c) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari siswa seluruhnya;
d) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya ( Sudjana,1989: 62)
Hasil belajar menurut Sudjana ( 1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, atau pada hakekatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan belajar yang biasanya ditunjukkan berupa nilai atau angka.
Hasil belajar ini dapat diketahui atau diukur oleh guru dengan menggunakan hasil atau skor dari tes yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan atau pembelajaran. Bahan dari tes yang akan diberikan adalah bahan atau materi yang telah dipelajari pada
- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP)
KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.( Mulyasa, 2007: 8)
Didalam Mulyasa menyebutkan bahwa landasan pengembangan KTSP:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
· Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
· Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan
· Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tantang Standart Isi
· Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tantang standart Kompetensi Lulusan
· Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas no.22 dan 23.
- Ciri-ciri KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal yang disesuaikn dengan kebutuhan dari setiap sekolah;
2. Berorientasi pada hasil belajar keberagamaan
3. Penyampaian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi;
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
6. Belajar sepanjang hayat:
a. Belajar pengetahuan ( Learning how to know);
b. Belajar melakukan (Learning how to do);
c. Belajar menjadi diri sendiri (Learning how to be);
d. Belajar hidup dalam keragaman (Learning how to live together)
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
- Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standart kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut(Permendiknas, No. 22 Tahun 2006).
- Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkunganya;
- beragam dan terpadu;
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
- Relevan dengan kebutuhan
- Menyeluruh dan berkesinambungan
- Belajar sepanjang hayat
- Seimbang antara kepentingan global, nasional dan local
- Metode Peer Teaching
Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya, ada beberapa ahli ada yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan pengertan tutor sebaya adalah sebagai berikut: Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar. Muntasir dalam bukunya pengajaran terprogram mengemukakan bahwa Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci.
Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya.
Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran. Beberapa pendapat di atas, dan pengalaman penulis dilapangan, menyakinkan penulis untuk menerapkan tutor sebaya dalam pembelajaran KKPI. Tampaknya memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa. Sedangkan peer assessment adalah penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
8. Model Tindakan
Model tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan memafaatkan tutor sebaya. Siswa yang bertindak sebagai tutor yaitu siswa kelas XII (tujuh) yang telah memilki kemampuan mengerjakan soal dengan baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu membimbing siswa yang ditutorinya sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru.
a. Faktor yang diteliti
1.Keterampilan siswa dalam menyelesaikan Fisika;
2. Aktivitas siswa dan tutor;
3. Pelaksanaan kegiatan tutor sebaya dan penilaian oleh tutor.
b. Rencana Tindakan
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan tutor sebaya, guru hendaknya mempersiapkan bahan ajar dan langkah-langkah mengajar sedemikian ruapa sehingga mudah dipahami oleh tutor.
A. Tahap Perencanaan Tindakan
1. Membuat Program
Program letak diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalam melaksanakan tugasnya. Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program rencana pembelajaran dan petunjuk pembelajaran oleh tutor.
2. Menyiapkan Tutor
Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan lancar perlu adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara pertama adalah siswa yang memiliki nilai terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua, guru melatih beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru mengambil keputusan dan langsung siswa yang telah memiliki kemampuan.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana
Sarana dan prasana juga sangat penting dalam proses pembelajaran Fisika sebab tanpa media tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung dipersiapkan dan dicek seluruh media.
9. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi interpretasi
Setelah tahap persiapan selesai, guru bisa melanjutkan ke tahap pelaksanaan degan memberikan program, melakukan pengamatan, dan pengarahan kepada tutor, kegiatan tersebut diantaranya:
a. Memberikan program kepada tutor
b. Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, tutor diberikan program pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global maupun perbagian/unit.
c. Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor.
d. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebih dahulu tutor diberi petunjuk,pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan tutor di depan siswa.
e. Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana tindakan yang disusun.
f. Mengambil pelaksanaan pembelajaran oleh tutor.
Tutor yang telah mulai membantu memberikan materi pembelajaran harus diamati juga pelaksanaannya. Apakah tutor bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada?. Apakah tutor memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik? Hal ini perlu pengamatan seksama dari guru, guru berhak memberikan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran.
10. Tahap Analisa dan Refleksi
Guru harus melakukan kegatan evaluasi dan menampung keluhan-keluhan, kesulitan-kesulitan yang meliputi:
- Evaluasi kekegiatan tutor;
- Evaluasi kemampuan siswa, disamping peniliaan yang telah diberikan oleh tutor;
- Menampung dan menjawab setiap kesulitan siswa da tutor;
- Memberikan penghargaan kepada tutor.
Data dan Cara pengumpulan data
a. Lembar angket siswa tentang interaksi tutor
b. Lembar observasi aktifitas sswa
c. Post tes
11. Kriteria keberhasilan
· Kemampuan siswa dalam memanfaatkan media untuk mendapat nilai optimal
· Aktifitas siswa dan tutor berjalan dengan baik
· Pelaksanaan kegiatan tutor sebaya dan penilaian oleh tutor berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan
G. METODE PENELITIAN
1. Daerah Penelitian
Tempat atau daerah penelitian adalah suatu tempat atau lokasi objek penelitian dilakukan. Penelitian ini sudah tentu tidak dilaksanakan di sembarang tempat, melainkan di tempat-tempar yang sudah dilakukan (Arikunto, 1991 : 67).
Daerah penelitian ditetapkan di SMA MUHAMMADIYAH BONDOWOSO dengan pertimbangan :
- Belum pernah dilakukan penelitian sejenis penelitian ini.
- Cara guru mengajar lebih banyak menggunakan ceramah.
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester Genap SMA MUHAMMADIYAH BONDOWOSO Tahun Ajaran 2007/2008. penetapan kelas ini merupakan kelas yang memiliki tingkat kemampuan siswa yang bervariasi yaitu tinggi, sedang dan rendah serta kondisi yang memungkinkan untuk diterapkan pembelajaran dengan Peer Teaching
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Ciri-ciri pendekatan kualitatif menurut Sudjana (1989 : 197-200) adalah sebagai berikut :
1) Bersifat diskriptif analitik karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan statistik, namun dalam bentuk kata-kata atau gambar;
2) Lebih menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung;
3) Menekankan proses daripada hasil;
4) Analisis data bersifat induktif, karena penelitian tidak dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai dari lapangan;
5) Mengutamakan makna.
Penelitian ini menggunakan model
Empat tahapan pada masing-masing siklus dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
Tidak
Ya
Gambar 1 : Skema Penelitian Model
Langkah-langkah dalam penelitian ini diawali dengan perencanaan yaitu merencanakan segala sesuatu yang akan dilakukan , kemudian dilakukan tindakan. Selama tindakan berlangsung juga dilakukan obsevasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Setelah semua data terkumpul dilakukan refleksi untuk menentukan apakah siklus ini berlanjut atau tidak. Jika siswa sudah tuntas belajarnya secara klasikal maka siklus dihentikan. Ketuntasan klasikal yang dimaksud adalah apabila terdapat minimal 75% subyek penelitian yang telah mencapai skor tes minimal 75 dari skor tes maksimal 100. Jika siswa belum tuntas maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 prosedur, yaitu tindakan pendahuluan dan pelaksanaan penelitian. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Tindakan Pendahuluan
Tindakan pendahuluan dalam penelitian ini adalah mengadakan observasi yang bertujuan untuk :
- Mengetahui tingkat kemampuan siswa yang akan dilakukan sebagai subyek penelitian;
- Menentukan waktu penelitian.
b. Pelaksanaan Penelitian
1) Perencanaan
Perencanaan pada tahap ini meliputi :
- Menentukan tujuan pembelajaran;
- Menyusun rencana pembelajaran untuk pokok pembahasan matriks dengan metode peer teaching
- Menyusun daftar kelompok siswa;
- Menyusun lembar kerja;
- Menyusun soal tes hasil belajar;
- Membuat pedoman observasi dan wawancara.
2) Tindakan
Secara operasional kegiatan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :
- Melaksanakan metode peer teaching pada pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkahnya
- Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil dimana setiap kelompok terdiri dari 6 orang siswa yang heterogen.
- pembelajaran Membagikan lembar kerja siswa dan diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah
- Pada akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran.
- Setelah pelaksanaan pembelajaran maka dilakukan tes tertulis. Setelah dilakukan tes tertulis terhadap siswa maka dilakukan wawancara secara perorangan.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersama-sama dengan pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini guru bersama guru bidang studi yang serumpun sebagai observer selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan siswa diamati untuk meraih tentang data aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan juga untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi serta temuan-temuan yanmg didapatkan serta kekurangannya.
4. Refleksi
Refleksi adalah upaya mengkaji memikirkan dampak dari suatu tindakan. Menurut Waseso (dalam Lestari, 2004:24) tahap refleksi merupakan beberapa komponen yaitu menganalisis, mensintesis, memahami, menerangkan dan menyimpulkan hasil yang digunakan sebagai dasar untuk tindakan selanjutnya.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data ( Arinkunto,1998:134). Pengumpulan dt dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat yang dapat digunakan dengan tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: (1) Metode Observasi; (2) Metode wawancara; (3) Metode tes (4) Metode Dokumentasi.
6. Metode Observasi
Observasi adalah sduatu teknik penelitian yang dilakukan dengancar mengdkan pengamatan terhadap sutu onjek baik secara langsung maupun tidak langsung ( Ali, 1993:72). Kegiatan ini lakukan dengan tujuan untuk meraih data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran, diantaranya memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, diskusi, menulis dan mengerjkan tugas.
7. Metode wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara ( Arikunto,1998:144). Menurut pendapat Hadi (1991:193) wawancara dpat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, dikerjakn seacar sisrtematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.
a. Metode Tes
Tes adalah pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan,keterampilan, bakat, intelegensi dan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
8. Analisa Data
Analisis data kulitatif adalah analisis data yang terwujud angka-angka terhadap data yang diperoleh dari hasil tes dan observasi.
Rafi’I ( 1998:23) menyatakan bahwa rumus yang digunakan dalam menganalisis ketuntasan belajar adalah:
P=
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar siswa
N= Jumlah siswa keseluruhan
n = Jumlah siswa yang mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100.
Kriteria ketuntasan belajar siswa dapat dinyatakan sebagai berikut:
a) Daya serap perorangan yaitu seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100;
b) Daya serap klasikal yaitu kelas yang dinyatakan tuntas belajar apabila terdapat minimal 75% siswa yang mencapai nilai 75 ( Depdiknas,2004).
Sedangkan rumus yang digunakan dalam menganalisis keaktifan siswa selama PBM berlangsung adalah:
P =
Keterangan:
P = Persentase keaktifan siswa
N = Jumlah skor yang diperoleh
M = Jumlah skor maksimal
Dengan kriteria sebagai berikut:
Kategori aktivitas siswa:
Persentase | Kategori |
P 90% 80% P< 90% 65% P < 80% 50% P < 65% P< 50% | Sangat Baik Baik Cukup baik Kurang Baik Kurang |
H. HASIL PENELITIAN
1) Pelaksanaan Siklus I
a) Perencanaan
a. Pada tahap perencanaan yang dilakukan meliputi:
b. Menentukan tujuan pembelajaran
c. Menyusun desain pembelajaran untuk pokok bahasan gelombang elektromagnetik dengan menggunakan Peer Teaching pada pembelajaran kooperatif.
d. Menyusun daftar kelompok siswa.
e. Menyusun lembar kerja
f. Menyusun soal tes hasil belajar
g. Membuat pedoman observasi.
b) Tindakan
Didalam treatment yang pertama langkah yang pertama adalah pembelajaran yang I dimulai dengan penyampaian indicator hasil beljar sesuai dengan yang tertera dalam rencana pembelajaran. Setelah itu guru mempersiapkan siswa yang pantas untuk dijdikn tutor. Setelah melatih tutor tersebut, guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok yang sudah dipersiapkan jadi tutor. Kemudian tutor tersebut menjelaskan langkah-langkah yang ada dalam LKS dan membimbing temannya sampai bisa dalam menyelesaikan soal. Adapun penilaiannya tutor yang mana yang berhasil dalam waktu singkat dapat menjawab pertanyaan secara singkat, cepat, tepat dan benar dan seluruh temannya paham itu yang mendapat poin lebih dari teman-temannya yang lain sesuai dengan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Setelah pembelajaran berakhir untuk menutup suatu kegaiatan pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan memberikan pertnyaan yang berkaitan dengan materi dan penambahan terhadap hal-hal yang belum dijelas maka guru menyempurnakannya. Selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah.
c) Observing
Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru ( peneliti), dibantu oleh beberapa orang observer memperhatikan dan menilainya jalannya diskusi dan pelaksanaan peer teaching sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran meningkat dari 72,8%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini diperoleh ketercapaian sebesar 76%.
d) Reflecting
Dari data diatas belum memperoleh ketuntasan secara klasikal yang tuntas hanya secra individu. Berdasarkan rancangan penelitian yang diperoleh belum mencapai ketuntasan secra klasikal maka dibutuhkan siklus kedua.
e) Analisis refleksi
Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi tingkat keberhasilan dalam belajar siswa, dan hasil wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk sklus selanjutnya:
1. Sebelum pelaksanaan peer teaching sebaiknya guru mempersiapkan tutor sebaik mungkin dan memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari.
2. Handaknya LKS yang dipraktikumkan dikembangkan lagi dengan tujuan untuk meningkatkn kativitas siswa berinteraksi dengan tutor sebaya.
3. Siswa kurang memahami tahap pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga guru harus menjelaskan lebih kongkret.
2) Pelaksanaan Siklus II
a) Perencanaan
Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi, tingkat keberhasilan siswa, dan hasil wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk siklus selanjutnya.
b) Acting ( tindakan )
Pelaksanaan Peer Teaching berlangsung cukup baik karena sudah dianalisa refleksi untuk siklus I. Sehingga membuat siswa dapat lebih aktif dari sebelumnya.Siswa berusaha untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti setiap tahap pembelajaran yang dilaksanakan sehingga akan menumbuhkan kemandirian pada diri siswa dalam kegiatan belajar. Setelah itu gurur menyimpulkan materi pembelajaran pada pertemuan terakhir.
c) Observing
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran meningkat dari 77,08%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini diperoleh ketercapaian sebesar 82%.
d) Reflecting
Dari data tersebut telah memenuhi ketuntasan secara klasikal dan ketuntasan secra individu. Berdasarkan rncangan penelitian yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan secra klasikal karena sudah tuntas diatas 75%
e) Analisis Refleksi
Hasil penelitian perlu adanya penambahan siklus untuk memperoleh hasil secara maksimal.
3) Pelaksanaan Siklus III
a)Perencanaan
Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi, tingkat keberhasilan siswa, dan hasil wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk siklus selanjutnya
b)Acting ( tindakan )
Sesuai dengan paham John Dewy yang menyebutkn bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran ( Nurhadi dan Senduk,2004:8). Dan siswa berhasil mengajari temannya dengan baik dan membuat temannya mnegrti terhadap materi yang diajarkan.
c)Observing
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran meningkat dari 82%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini diperoleh ketercapaian sebesar 85%.
d)Reflecting
Dari data tersebut telah memenuhi ketuntasan secara klasikal dan ketuntasan secra individu. Berdasarkan rancangan penelitian yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan secara klasikal karena sudah tuntas diatas 75% bahkan melebihi ketuntasan secara klasikal.
e Ana
Model pembelajaran ini membawa dampak positif bagi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dipresentasi keaktifan siswa secara klasikal yaitu sebesar 85% berdasarkan kategori aktivitas sioswa ( Sukardi,1983: 100), maka aktivitas siswa kelas X SMA Muhammadiyah Bondowoso tahun ajaran 2007/2008 termasuk dalam kategori baik. Dan ketuntasan klasikal mencapai 77,08% siswa yang tuntas secara individu.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
a) Temuan yang didapat setelah diterapkan model Peer Teaching pada pendekatan kooperatif;
b) Pembelajaran fisika dengan menggunakan model Peer Teaching dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa pada siklus pertama 72,08% dan pada siklus kedua 82% dan siklus ketiga 85%.
c) Pembelajaran dengan menggunakan model Peer Teaching diperoleh ketuntasan secara klasikal. Hal ini ditunjukkan dari 20 siswa yang tuntas belajar secra individu sebesar 85%
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakart.
Dejnozken, Edward L. 1976. American Edcator Encyclopedi. London: Greenwood Press.
Jaelani, Dudi. 2002. Bina dan Kembalikan Anak Kita ke “Habitat” Semula (Program Life Skill SMKN 1 Cidahu)
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Mulyasa,E 2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Bandung:PT Remaja Rosdakarya .
Dimyati dan Mudjiono,1994. Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono,1999.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Depdikbud.
Sudjana,1990.Penilaian Hasil Proses Belajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nasution,2000. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Arikunto,S.1998.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.
Depdiknas, 2004.Pedoman Pelaksanaan UAS SD, SDLB, SLTP, SLTA.Surabaya.
Depdiknas,2005.Standart Nasional Pendidikan,Jakarta:Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005.
Depdiknas,2006.Standar Isi,Jakarta: Permendiknas 22 Tahun 2006.
Depdiknas, 2006.Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: Permendiknas 23 Tahun 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar