PEMANFAATAN RUMPUT VETIVER (VETIVERIA ZIZNOIDES)
SEBAGAI TANAMAN KONSERVASI PENCEGAH EROSI
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Oleh : Ir. Ariyuni Astuti, Dipl HE
I. Pendahuluan.
Pola tata guna tanah mempengaruhi perilaku sebuah Daerah Air Sungai (DAS) ,secara langsung maupun tidak langsung. Peladangan berpindah di lereng bukit dari penggundulan hutan dan pengolahan tanah berupa tegalan tanpa usaha konservasi tanah seperti terasiring, merupakan sumber erosi dan kerusakan tanah pda daerah DAS di Indonesia (Syafii Manan,1997). Erosi tersebut menyebabkan tingkat Total Sediment Soil (TSS) dan Total Density Soil (TDS) menjadi tinggi sehingga mengakibatkan pendangkalan waduk dan sungai akibat mengendapnya Lumpur yang di bawa oleh air sungai.
Kondisi ini terjadi di beberapa Daerah Aliran Sungai di Jawa Timur. Daerah aliran sungai sampean Kabupaten Bondowoso di beberapa bagian sudah mengalami pendangkalan dan kerusakan bantaran sungai akibat erosi dan bencana banjir beberapa tahun yang lalu. Tanggul dan bantaran sungai yang ada pada umumnya cukup luas untuk usaha tani padi dan polowijo sering mengalami kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran pada musim penghujan.
Penduduk Kabupaten Bondowoso 75% mengandalkan hidupnya dari bidang pertanian khususnya padi dan polowijo. Pengelolaan lahan pertanian sekitar bendungan dan bantaran sungai masih kovensional, mereka hanya mengusahakan lahan tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap kerusakan lingkungan. Petani belum mengusahakan tanaman pelindung lahan, baik sebagai cover crop (tanaman penutup tanah) maupun sebagai contour crop (tanaman kontur) sehingga rawan terhadap erosi.
Erosi pada bantaran sungai dan daerah-daerah terjal dekat aliran sungai dapat menurunkan kualitas air dan mempercepat kerusakan tebing yang pda akhirnya akan meningkatkan biaya pemeliharaan sungai tanpa adanya upaya penanggulangan erosi pada daerah-daerah tersebut maka akan terjadi kerusakan unit ekosistem DAS yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk dan fungsi aliran sungai dari kondisi alami.
Banyak cara dilakukan untuk menanggulangi atau mencegah timbulnya erosi dan sedimentasi baik secara mekanis, vegetatif maupun cara kimiawi. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman vetiver sebagai tanaman konsrvasi. Tanaman ini disamping mempunyai karakteristik sangat baik untuk menanggulangi erosi juga mempunyai nilai ekonomi tinggi karena akarnya dapat dimanfaatkan sebagai minyak atsiri untuk bahan pewangi / parfum . Metode konservasi secara vegetatif mempunyai banyak manfaat yaitu selain dapat meningkatkan ketersediaan air untuk kebutuhan dometik ,irigasi pertanian dan idustri ,penggunaan tanaman konservasi dapat meningkatkan efisiensi biaya perawatan daerah bantaran sungai , bendungan dan bangunan-bangunan di atasnya.
Tanaman vetiver telah banyak di usahakan di berbagai negara untuk menghambat laju erosi dalam meningkatkan upaya konservasi tanah. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan di brbagai negara di Afrika, Asia dan Amerika, melalui IPTEKS budidaya yang tepat, maka daerah terjal dekat aliran sungai, terasiring dapat ditanami rumput vetiver untuk menanggulangi erosi DAS dan meningkatkan efisiensi biaya perawatan bantaran sungai, bendungan dan bangunan-bangunan di atasnya. Karena adanya kekuatan geser tanah sudah tidak mampu lagi untuk menahan beban
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Proses Erosi
Erosi merupakan suatu peristiwa terkikisnya bagian tanah ari suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air ataupun angin. Di Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air akibat adanya penghancuran dan disperse agregat tanah oleh pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar daripada daya tahan tanah. Hancurnya tanah ini akan menyumbat pori-pori tanah dan akhirnya timbul sedimentasi.
Laju erosi selain dipengaruhi oleh intensitas dan curah hujan, juga sangat tergantung pada : 1) ketahanan tanah terhadap pukulan air hujan (rain splash) dan limpasan permukaan; 2) kemampuan tanah untuk menyerap air hujan serta 3) topografi dan vegetasi di atasnya. Di samping bahan organic , daya tahan tanah terhadap disperse dipengaruhi oleh bahan perekat koloid liat, kation besi dan aluminium. Liat dapat meningkatkan kapasitas memegang air, sebagai pengikat atau penyemen agregat tanah dalam proses agrgasi. Keadaan demikian ini membuat tanah menjadi lebih baik karena agregatnya laebih stabil dan lebih tahan terhadap disperse dan erosi (Utomo, W.H, 1989).
2.2.Macam erosi
Proses erosi yag menyebabkan hilangnya beberapa millimeter lapisan tanah yang dimulai dari lapisan paling atas disebut Erosi Permukaan dan erosi ini digolongkan ke dalam erosi antar-alur (Sheet erosion). Erosi antar alur dimulai dengan terjadinya erosi percikan (splash erosion) dan kemudian diikuti erosi disebabkan oleh limpasan permukaan (overland flow erosion). Bila ukuran alur sudah demikian besar atau alur tersebut berhubungan dengan saluran pembuangan utama maka erosinya disebut erosi selokan atau Gully erosion (Fran Bredero, 1988). Erosi selokan ini dapat mencapai lebar sampai 3 meter dengan kedalaman 2-3 meter.
Di beberapa tempat juga sering dijumpai bentul erosi semacam tanah longsor yang ditandai dengan bergeraknya sejumlah tanah secara bersama-sama.
2.3 Pengaruh Vegetasi Terhadap Erosi
Vegetasi mempengaruhi erosi karena adanya; (1) intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorbsi melalui energi air hujan,sehingga memperkecil erosi; (2) pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar-akar nya; (3) pengaruh terhadap lapisan permukaan ;(4) peningkatan aktifitas biologi dalam tanah ;(5) peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi. Pengaruh vegetasi ersebut berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman, perakaran,tinggi tanaman,tajuk dan tingkat pertumbuhandan musim. Pengelolaan tanah dapat mempengaruhi laju erosi dan lapisan permukaan. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pergiliran tanaman dengan di beri teras merupakan salah satu cara yang paling tepat menekan laju erosi (Fran Bredero, 1988).
Tanaman juga dapat di gunakan sebagai upaya untuk menekan laju erosi.
Tanaman tersebutadalah vetiver (rumput wangi)yang mempunyai kriteria yang dipersyaratkan sebagai tanaman konserfasi yaitu:
1. Tanaman harus mampu tumbuh rapat dan tahan terhadap penggembalaan ternak serta tidak mudah terbakar
2. Tanaman harus mampu hidup terus menerus dan permanent, mampu berthan hidup lama sebagai pagar hidup
3. Karena daunnya yang tajam dan akar yang beraroma maka tanaman tahan terhadap gangguan
4. Tanaman harus mampu menantang alam, artinya dapat hidup dalam kondisi kekeringan dan kebanjiran
5. Akar dapat menancap dan menyebar sampai sedalam 3 meter
6. Tanaman dapat tumbuh di semua tipe tanah dan pada curah hujan antara 200-6000 mm serta temperature dari 9-50 c.
Hasil penelitian Gatot Sukarno (1995) menyimpulkan bahwa jumlah tanaman sangat berperan dalam pencegahan erosi; jumlah tegakan tanaman yang banyak dan ditanam memotong arah lereng bersama seresah daun yang gugur berfungsi menghambat aliran permukaan, mencegah pengumpulan air secara cepat di permukaan tanah, sehingga dapat meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.
2.4 Karaktristik Tanaman Vetiver (Vetiverla zizanioldes)
2.4.1 Budidaya Vetiver
Tanaman Vetiver termasuk dalam spesies vetiveria zizanoldes dan famili graminac. Bagian tanaman vetiver yang berada di dalam tanah terdiri dari sejumlah akar-akar halus berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai kemerahan. Akar tersebut mengandung minyak atsiri dengan kadar vetivero yang berwujut cairan kental dengan bau halus dan tahan lama. Tanaman Vetiver telah banyak di budidayakan terutama sebagai tanaman “agrobis” didaerah garut Jawa Barat kerena mempunyai nilai ekonomi tinggi yang akarnya dapat dimanfaatkan sebagai minyk atsiri untuk bahan pewangi / parfum,sehingga tanamnnya disebut sebagai tanaman Akar wangi. Akar vetiver kering dapt digunakan sebagai bahan pewangi atau pengharum pakaian. Produk akar vetiver kering untuk setiap hektar lahan sebesar 5 ton per tahun dengan kandungan minyak atsiri rata-rata 1.50% (Fran Bredero, 1988).
2.4.2. Syarat tumbuh Vetiver
Tanaman akar wangi atau dalam bahasa Tamil disebut Vetiver mempunyai sifat dapat tumbuh pada kondisi tanah dan iklim yang ekstrim. Tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik di tanah geluh pasiran dan berdraenase baik. Vetiver tumbuh rimbun pada daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata tahunan antara 1000 – 2000 mm dan pada suhu antara 21 – 44.5 C, namun demikian tanaman ini dapat tumbuh pada suhu di atas atau dibawahnya.
Di Roma, vetiveria zizanoides dapat bertahan hidup pada kondisi bersalju selama 18 hari dan suhu –11C, termasuk 8 bulan dimana suhu berada titik beku dan pada ketinggian 650 m di ataspermukaan laut dengan curah hujan musim dingin 1100 mm.
Di India, vetiver dapat tumbuh pada ketinggian 2300 m dpl di pegununga Himalaya vetiver tersebut tidak hanya bertahan hidup pada udara dinggin yang ekstrim tetapi juga dapat bertahan hidup pada tanah pegunungan yang mengalami erosi. Tanaman vetiver yang seluruhnya tergenang air sungai dengan kedalaman lebih dari 1 meter selama 45 hari, ketika dikeringkan ternyata tanaman tersebut tumbuh lagi tanpa ada tanda-tanda mengalami stress.
Karakteristik fisiologi yang menguntungkan dari tanaman vetiver antara lain adalah :
- Mempunyai densitas perakaran yang tinggi dan kedalaman melebihi 2 meter di bawah permukaan tanah. Sistem perakaran yang sangat lebat dapat memegang tanah dengan kuat sehingga dapat memperteguh agregat tanah.
- Mempunyai tegakan batang yang kuat dan rapat, sehingga sediment yang terangkut oleh air akan tertahan pada bonggol-bonggol tanaman vetiver.
- Tahan terhadap kekeringan dan kelebihan air.
Mengingat karakteristik fisiologi tersebut maka tanaman vetiver dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi untuk memperkuat tanggul dan bantaran sungai serta bangunan-bangunannya.
| |
| |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar